Jumat, 03 Januari 2014

Tetap Tegar dan Bersabar, Janganlah Mengeluh !



            Suatu hari seorang tua bijak ( kita sebut saja Syeih) lagi duduk-duduk dibalai di pekarangan rumahnya sambil menikamati ‘Sibak Rukoek Oen’ dan secangkir kopi Tubruk, yea! seperti hari2 biasa disaat waktu lenggang,dia selalu beristirahat sambil membuka lembaran kitab2 fiqah dibalai tersebut . Tiba-tiba ia didatangi oleh seorang pemuda ( Boy) yang sedang dirundung masalah. Rupanya kedatangannya kali ini untuk mencurahkan seluruh beban hatinya ( sedang galau) dan berharap akan mendapatkan pencerahan dari orang tua tersebut.


             “ Assalamu’alaikum “. Sapa Si Boy
            “ Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh” jawab Syeih sambil mempersilakan u
ntuk duduk.


            Kemudian pemuda tersebut mengutarakan maksud dan tujuan dia mengunjungi syeih bijak tersebut. Lalu ia mencurahkan semua unek-unek yang sudah lama terpendam didalam benaknya secara mendetail. Syeih yang bijak tersebut hanya mendengar dengan seksama sambil sesekali tersenyum manis, lalu ia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta Si Boy untuk men
gambil segelas air. Ditaburnya serbuk pahit itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan.

            “Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya”, katanya Syeih.

            Si Boy menuruti permintaan Syeih. Ia meminumnya, lalu, Aahhhhhhhhh ,, puuiiihhh, ia berteriak sambil meludah kesamping, “ Pahit, Pahit, Pahit Sekali ! “.

            Syeih itu tersenyum melihat tingkah Si Boy, Lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan-jalan ke tepi Sungai di belakang rumahnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampai ke tepi sungai yang tenang.
Sesampai disana, Syeih itu kembali menaburkan segenggam serbuk pahit kedalam sungai dengan takaran yang sama, lalu dengan sepotong kayu ia mengaduknya.

            “Coba ambil air sungai ini dan minumlah,” kata Syeih itu.

            Si Boy lalu mengambil dan  memasukkan air ke dalam mulut, lalu meneguk air Sungai itu. Dan Syeih bertanya kepadanya, “Bagaimana Rasanya?”
            “Segar sekali”, sahut Si Boy.

            “ Apakah kamu tidak merasakan pahit di dalam air itu? Tanya Syeih memastikan.
            “ Tidak ! Tidak sama sekali “ Jawab Si Boy mantap.

      Syeih
itupun tersenyum manis saat mendengar jawaban demikian. sambil berkata,
Anak Muda, dengarkan baik – baik. Pahitnya kehidupan adalah layaknya ‘Segenggam Serbuk Pahit’ ini, tak lebih & tak kurang. Jumlah dan rasa  pahitnya pun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi rasa kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kadar kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yang kamu dapat lakukan agar tidak merasakan kepahitannya. Yaitu dengan tetap tegar dan melapangkan dadamu menerima semuanya itu, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu “.

        Syeih itu melanjutkan Nasehatnya ;
“Hatimu adalah seperti wadah itu. Perasaanmu adalah seperti tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Maka jangan jadikan hatimu seperti GELAS, tapi buatlah laksana SUNGAI yang mampu menampung setiap kepahitan itu, dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian.”

        Si Boy lantas tersadar akan kebenaran yang disampaikan Syeih yang bijak itu. Ia pun berterima kasih banyak kepada Syeih itu atas ‘Nasehat Super’nya. Dan akhirnya minta izin pulang. Ia pun kembali ke rumahnya dengan hati lapang.

Marilah kita belajar dari kisah di atas !

Hidup ini adalah sebuah pilihan. Manusia tidak akan terlepas dari yang namanya masalah. Masalah itu akan selalu hadir selama kita masih bernafas, dan bila hati ‘sempit’, kita pasti akan merasakan masalah itu sangat pahit dan berat. Dan ini akan berlangsung terus sampai ajal kita datang. Namun bila kita mampu berbesar hati dan bersabar menerima kenyataan, niscaya hidup ini akan terasa lebih ringan dan menyegarkan.

            Sekarang pilihan ada di hati kita masing – masing. Apakah kita akan terus menyempitkan hati dan terus mengeluh pada keadaan ??? Ataukah kita mau melapangkan hati sambil terus berikhtiar mencari jalan keluar dalam menghadapi masalah ? RENUNGKAN !

Semoga kita termasuk orang – orang yang sabar ! Amiin. #ZBA

2 komentar:

  1. ssiiiiipppppp.... hidup qta yang sekarang adalah pilihan qta dimasa lalu.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hoohooohhoohho.....
      mkasi dah mw berkunjung !
      sering2 maen dirumah saya ne ya,, :) =D

      Hapus