Dahsyatnya Istighfar |
Pada suatu hari, datanglah seorang lelaki hendak menghadap dan mengadu kepada Hasan al-Basri.
“Wahai Taqiyudin (julukan Hasan al-Basri), sesungguhnya langit belum hujan.” kata lelaki tersebut mengeluh.
“Bacalah Istighfar.” jawab Hasan al-Basri ringan.
Kemudian datang lagi lelaki lain kepadanya.
“Wahai Taqiyudin (julukan Hasan al-Basri), aku mengeluh atas keadaanku yang fakir.” kata orang lelaki itu.
“Bacalah Istighfar.” jawab Hasan al-Basri sama.
Kemudian datang lagi lelaki ketiga kepadanya.
“Wahai Taqiyudin (julukan Hasan al-Basri), istriku mandul dan tidak memiliki anak.” kata orang ketiga.
“Bacalah Istighfar.” jawab Hasan al-Basri kembali.
Tidak berhenti sampai di situ, giliran orang ke empat datang.
“Wahai Taqiyudin (julukan Hasan al-Basri), bumi kering kerontang dan tak menumbuhkan tanaman.” keluh orang tersebut.
“Bacalah Istighfar.” jawab Hasan al-Basri.
Akhirnya, orang terakhir menghadap dengan pengaduan yang berbeda.
“Wahai Taqiyudin (julukan Hasan al-Basri), air sudah tidak ada lagi dalam tanah.” kata orang terakhir.
“Bacalah Istighfar.” jawab Hasan al-Basri dengan jawaban yang sama.
Meskipun berbagai keluh kesah dan pengaduan yang berbeda, Hasan al-Basri menjawabnya dengan solusi yang sama, yakni membaca istighfar. Hal tersebut tentu memicu penasaran orang-orang yang ada di sekitarnya pada waktu itu. Akhirnya, salah satu dari mereka memberanikan diri untuk bertanya, “Kami kagum kepada engkau wahai Hasan al-Basri. Setiap orang yang datang mengadu kepadamu kau selalu menyuruhnya untuk membaca istighfar”.
Mendengar pertanyaan tersebut, akhirnya Hasan al-basri menjelaskan, “Apakah kalian belum pernah membaca firman Allah swt. yang berbunyi: Maka aku katakan kepada mereka, Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS. Nuh: 10-12)”
[]waAllahu a’lam
____________________________
Disarikan dari kitab Anis al-Mu’minin hal. 60 yang dikutib oleh al-habib Zein bin Ibrahim bin Smith dalam kitab al-Fawaid al-Mukhtaroh, hal. 212.
Sumber: https://lirboyo.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar